Bukan Cuma EksMud, Bayi pun Bisa Nge-Gym, Lho!

Ada nggak, sih yang seperti saya, pusing mikir tentang sekolah anak bahkan sejak anaknya masih piyik? Ini sepertinya sering dialami milenial’s mama, ya yang melek teknologi dan concern dengan tumbuh kembang si buah hati. Apalagi, perkembangan dunia pendidikan saat ini pesat sekali. Tak perlu menunggu si kecil berusia lima tahun, bayi usia enam bulan saja sudah bisa sekolah, lho, dengan mengikuti program baby gym misalnya.

Nah, sebetulnya perlu nggak, sih anak-anak ini sekolah? Jika merujuk pada pendapat para psikolog dan pakar pendidikan seperti Elly Risman, misalnya, sekolah di usia yang terlalu dini sama sekali tidak diperlukan. Malahan, efek yang ditimbulkan cenderung negatif secara jangka panjang bagi perkembangan psikis si kecil. Gejala-gejala bosan sekolah dan belajar itu muncul di usia remaja biasanya. CMIIW, ya. Ini based on my understanding aja sebetulnya dari baca-baca.

Ketika membaca pendapat-pendapat tersebut sempat was-was, sih karena anak pertama saya sempat merasakan program baby gym di salah satu sekolah swasta di Bekasi. Pernah dengar

Bukan tanpa alasan sebetulnya anak ini diikutkan baby gym. Kala itu, berdasarkan hasil observasi mandiri menggunakan buku kesehatan bayi dan anak, si Kakak–panggilan saya untuk anak pertama–mengalami keterlambatan pada perkembangan motorik kasarnya.

  • Lewat dari usia lima bulan, kakak belum bisa berguling dan tengkurap sendiri.
  • Kakak sama sekali tak melewati fase merangkak meski akhirnya bisa tengkurap.
  • Di usia hampir satu tahun, Kakak belum bisa duduk sendiri. Bisa duduk, tapi mesti diangkat dan diposisikan duduk oleh orang dewasa dan nggak bisa bangun sendiri.
  • Ya, duduk pun belum bisa pastinya saat masuk usia satu tahun jalan pun belum.

See? Udah mana aku overthinking dan ini anak pertama pula. Stress banget saat itu karena milestone motorik kasar si kakak ketinggalan begitu. Nah, berhubung di tempatku mengajar ada program baby gym, langsunglah aku daftarin kakak dengan harapan motorik kasarnya lebih terasah.

Sebetulnya, dibilang sekolah, sih ya nggak seserius itu. Baby gym untuk bayi-bayi ini dilaksanakan seminggu dua kali dan per sesi hanya 45 menit sampai satu jam. Setiap anak mesti didampingi, ya. Namanya juga kelas bayi, kan nggak mungkin mereka bisa ini itu sendiri. Jadi, satu anak satu pendamping dengan dua sampai tiga guru di kelas.

Aktivitas Baby Gym

Lalu, pasti pada bertanya-tanya kegiatan baby gym ini apa aja, ya? Boleh dilihat dulu, nih foto-foto lama Kakak waktu masih gym dulu untuk dapat gambaran kegiatannya.

Ini salah satu aktivitas melatih motorik kasar. Jadi, ada halang rintang yang disiapkan oleh guru. Bisa untuk bayi merangkak atau berjalan.
Nah, ini kegiatan pembuka. Biasanya setelah berdoa akan bernyanyi dan berjoget bersama.
Ada water play juga. Nggak berenang, sih karena yang mereka lakukan mengumpulkan bola di air dan main air mancur. Ini sebulan sekali dilakukan di dalam area sekolah juga. Ini foto kakak ditemani eyang waktu itu.
Ini aku nggak tahu pasti kegiatannya karena dapat kiriman foto aja dari pengasuh kakak yang menemani di kelas. And yes, mainannya banyak banget di ruang baby gym ini. Ada kolam bola juga.
Menempel pom-pom, ini mengasah motorik halus, ya. Tapi kegiatan ini baru dilakukan di kelas besar.
Ini seru, deh kipas-kipas parasut warna-warni besar.
Semprot cat air ke gambar yang ditempel.

Masih banyak juga kegiatan lain seperti main senam bareng baby. Ini bener, deh menguras tenaga mamanya banget. Serasa mamanya yang nge-gym karena mesti angkat-angkat si bayi sesuai contoh.

Kalau nggak salah setelah berdoa dan sebelum mulai kegiatan nyanyi-joget, guru-guru di baby gym ini juga bahas tipa-tips parenting, deh untuk mama-mama muda—duilah, berasa muda. Hahaha ….

Kurang lebih itulah kegiatan-kegiatannya. Ini foto yang ketemu cuma foto-foto saat kakak sudah bisa jalan. Waktu kakak bayi banget nggak ada di ponselku. Jadi, seingatku kelas baby gym ini memang terbagi dua level. Ada level bayi-bayi yang masih merangkak banget itu disebut junior gym kalau nggak salah. Lalu untuk yang sudah jalan nggak mau diam di little gym. Eh, aku jujur agak lupa, terbalik nggak, ya? Hahaha ….

Lalu, kembali ke pertanyaan di awal tadi. Perlu nggak, sih pre schcool ini? As a mom and a teacher, aku bisa bilang pre school nggak dibutuhkan JIKA di rumah orang tua atau pendamping bisa memberikan stimulus yang tepat dan mau belajar untuk melakukan itu. Remember that first five years is their golden years jadi please jangan jadi orang tua yang buta sama ilmu dan berpikir kasih makan aja cukup.

Aku saat itu kerja, kan. Kondisi keterlambatan motorik kasar kakak saat itu juga menurutku sudah butuh intervensi dan I’m willing to hear and learn from those who work in this field makanya aku memutuskan ikut baby gym ini. Usahaku juga nggak berhenti sampai di situ. Aku bahkan sempat terapi juga di klinik tumbuh kembang anak di bawah pengawasan dokter anak juga—I’ll write it in other post later. So, yeah … kembalikan ke kondisi rumah masing-masing perlu atau nggak-nya.

Untuk mama yang full di rumah bersama anak-anak, kegiatan yang mirip-mirip baby gym ini bisa dipelajari di beberapa situs parenting yang oke banget. Tunggu, ya ulasanku untuk beberapa situs parenting langgananku saat menyiapkan aktivitas seru bersama anak di rumah. ((Sok banget mau nulis ini itu padahal mah ribet digeranduli bayi.))

Jangan Masukkan Anak Pre School Jika …

Nah, kalau pre school-nya tipe-tipe yang drilling calistung, better nggak usah, sih. Aku pun berani masukin baby gym ini karena tahu aktivitasnya cenderung bermain. Ya, memang usia mereka itu waktunya bermain dan belajar adab yang penting.

Jadi, gimana? Tertarik coba pre school setelah pandemi berakhir? Kalau iya, pilih sekolah yang ramah dengan dunia anak, ya! Kalau nggak, tunggu pos aku berikutnya untuk siapkan aktivitas seru meski di rumah aja. Sharing, yuk! Bonus, nih video kakak di sekolah lagi asyik joget.

Tarik, Kak! 😂

Oleh Erfa22

Seorang mama yang hobi belajar dan cinta baca. Pembelajar sepanjang hayat, pendidik paruh waktu, dan penulis lepas yang sesekali mengulas buku juga.

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai