Hangatkan Hati, Penuhi Jiwa, “Inspirasi 5 Menit” dari Imelda Saputra

Berapa lama aku nggak menulis ulasan buku, ya? Asli, aku sendiri nggak ingat. Malam ini, dalam rangka belum bisa tidur, scroll medsos juga udah bosan banget, aku mau bahas buku yang saat ini sedang kubaca. Baru selesai setengahnya, sih. Namun, karena buku ini terbagi jadi beberapa bagian, aku mau bahas dua bagian pertama dulu yang sudah selesai kubaca.

Omong-omong soal menulis ulasan, aku bahkan masih punya beberapa ulasan di draft yang belum kupos. Bukan apa-apa, sebelumnya, tuh aku merasa ada beban kalau menuis ulasan di blog aku mesti siap juga dengan konten instagramnya. Asli, sih itu agak bikin demot–ini pada paham, kan, ya maksudnya demot? Wkwkwk …. Pokoknya jadi nggak mau lagi buat ngepos di blog. Kalau nggak tahu coba tanya adik atau anaknya.

Sisi artsy-ku agak kurang tampaknya karena tiap mesti buat pos yang diniatkan estetik jatuhnya konyolitik kayaknya, #eh. Udah gitu, akunya jadi stress juga karena merasa posku, tuh nggak enak dilihat. Padahal kayaknya udah effot banget, kan, tuh di Canva. Pokoknya kalau pakai Canva andalanku adalah pakai template bawaan yang gratis terus ganti isi. Udah. Nggak usah sok-sok buat desain sendiri, deh. Intinya gitu, deh makanya mager banget pos ulasan buku baru.

Oh, beberapa bulan lalu aku sempat sangat produktif juga menulis ulasan memang karena kebetulan aku jadi part time book reviewer di salah satu platfrom baca tulis, kita sebut saja inisialnya, ya Storial.co. Hihihi …. Selama jadi book reviewer setiap minggu aku menamatkan dua novel dan membuat ulasan buku. Jadi, ya memang produktivitas membacanya tinggi. Kalau bukunya cukup oke dan OKE BANGET, biasanya aku niat, tuh untuk dirapikan, dipos ke blog, dan buat konten instagramnya pakai tagar #ErfaBaca.

Meski aku nggak ngepos ulasan apa pun, aslinya, sih masih membaca, ya meski nggak seproduktif saat masih jadi book reviewer. Kebanyakan yang kubaca, sih buku cetak yang ada di rumah dan belum sempat kubaca sama sekali. Namun, masih jadi kendala, sih baca buku cetak, nih karena Kya–my toddler–masih suka ambil-ambil buku yang kupegang. Digital masih baca juga di Storial sesekali dan iPusnas tentunya.

Ini sudah pada tahu, kan, ya iPusnas ada aplikasinya dan kita bisa baca buku gratis di sana? Please banget kalau belum tahu ke mana saja Anda, hei? Buku yang niatnya ingin kubahas sekarang sebelum tulisanku ngalor-ngidul nggak karuan ini pun aku baca di iPusnas.

Nah, ini pertama kalinya juga aku bahas buku nonfiksi. Entah karena usia atau memang kondisi pandemi yang membuat kita semua, termasuk aku, tidak selalu baik-baik saja, aku merasa perlu mencari pencerahan dan penguatan aja, sih. Honestly, aku agak nggak betahan baca buku motivasi. Ngantuk. Seringnya, kucari aja intinya apa. Sudah. Nah, spesialnya buku ini adalah bisa buat aku tahan baca dan selesai lebih dari tujuh puluh halaman dalam beberapa hari. Jadi, kalau kalian tipe yang sama kayak aku, ngantuk tiap baca buku self help atau motivasi kepanjangan, mungkin kalian cocok juga dengan buku ini. Di bawah nanti akan aku bahas beberapa alasan yang buat aku betah bacanya.

Seperti judulnya “Inspirasi 5 menit”, buku ini berisi kisah-kisah pendek yang bisa dibaca dalam waktu lima menit saja dalam kecepatan membaca pelan hingga rata-rata. Di aku, sih dua sampai tiga menit jatuhnya. Tapi, ya beneran sependek itu. Jadinya karena tiap kisah, tuh pendek tiap selesai baca jadi mau lagi mau lagi. Nggak terasa tiba-tiba sudah baca lima kisah aja dalam beebrapa menit.

Di setiap kisah formatnya dimulai dengan judul, satu kutipan berkaitan dengan pelajaran hidup yang mau di emphasize, diikuti kisah atau dongeng inspiratif, lalu perenungan atau pembelajaran yang bisa diambil dari kisahnya. Setiap judul paling hanya tiga sampai lima halaman.

Seperti aku sebutkan di atas tadi, aku sudah selesai baca dua bagian awal buku ini. Jadi, menurut daftar isinya buku ini dibagi menjadi empat belas bagian. Bagian pertama membahas beberapa kisah yang berkaitan dengan karakter dan sikap, sementara bagian kedua membahas kisah yang berkaitan dengan pengorbanan.

Beberapa kisah yang kubaca cukup memorable dan menyentuhku secara pribadi. Misalnya, kisah yang berjudul “Tidak Ada Kesempatan Kedua”, melalui kisah tersebut aku belajar untuk tidak menunda perbuatan atau perkataan baik. Kita nggak pernah tahu kalau niat baik tersebut bisa saja akan terlambat atau orang tersebut memang betul-betul membutuhkannya.

Satu lagi kisah tentang rendah hati, dikisahkan ada seorang milyurder yang menolak untuk berdoa pada Tuhan karena merasa ia telah memiliki segalanya atas usahanya sendiri. Lalu, seseorang berkata ia tetap mesti berdoa karena ia masih belum memiliki satu hal, yakni kerendahan hati. Sungguh jawaban sederhana tetapi membawa perenungan yang mendalam.

Dari kacamataku sebagai pembaca yang tidak beigtu suka membaca buku motivasi, self help, dan semacamnya, Imelda berhasil membuatku ketagihan membaa buku ini. Kisahnya yang pendek-pendek tetapi mengenai membuatku tidak mudah bosan. Konsepnya mirip dengan Chicken Soup, bahkan kisahny alebih pendek lagi. Jadi, untuk yang sedang butuh siraman bagi jiwanya, tetapi tidak punya banyak waktu membaca, buku ini sangat kurekomendasikan. Cukup baca satu kisah setiap hari selama lima menit kemudian bawa kisah tersebut dalam renungan harian kita.

Setelah ini, aku masih akan melanjutkan bukunya dan tertarik mencari buku Imelda Saputra lainnya, terutama yang untuk anak-anak. Mau baca bareng anak-anak di rumah.

Oke, segitu dulu review tentang buku nonfiksi pertama di blog ini. Sila cari bukunya di aplikasi Ipusnas atau toko buku, ya! Jangan beli bajakan, please!

Oleh Erfa22

Seorang mama yang hobi belajar dan cinta baca. Pembelajar sepanjang hayat, pendidik paruh waktu, dan penulis lepas yang sesekali mengulas buku juga.

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai